Intan Olivia Bocah Dua Tahun Korban Ledakan Bom Meninggal
SAMARINDA.
Kabar duka menyelimuti keluarga korban ledakan bom di gereja Oikumene,
Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu 13 November 2016 pagi kemarin.
Satu
korban atas nama Intan Olivia (2) meninggal dunia sekitar pukul 03.45 Wita,
Senin (14/11/2016) dini hari, setelah sempat menjalani perawatan di RSUD AW
Syahranie. Luka bakar yang cukup parah, membuat bocah malang tersebut tak
tertolong. Sementara korban lainnya yang juga dirawat di rumah sakit yang sama,
atas nama Triniti Hutahaya (4) masih menjalani perawatan intensif di ruang
PICU.
"Semua
korban yang dilarikan ke sini (RSUD AW Syahranie) mengalami luka bakar, satu
korban meninggal dan satu lagi masih menjalani perawatan," kata Humas RSUD
AW Syahranie, dr Febian Satrio.
Saat
ini korban meninggal masih berada di ruang jenazah rumah sakit. Diperkirakan
kurang dari satu jam mendatang korban akan dibawa ke rumah duka, di Jalan Cipto
Mangunkusumo, Rt 3, atau tidak jauh dari lokasi ledakan bom kemarin. Sementara
itu, korban lainnya atas nama Alvaro Aurelius (4) dan Anita Kristobel (2), juga
masih menjalani perawatan di RSUD IA Moise, yang juga mengalami luka bakar.
RSUD
AW Syahranie akan mengambil alih semua perawatan terhadap korban bom di Gereja
Oikeumene, Minggu (13/11/2016) pagi kemarin. Saat ini yang telah berada di
rumah sakit milik Pemprov Kaltim itu, yakni Trinity Hutahaya (4) dan korban
meninggal Intan Olvia Marbun. Sedangkan korban lainnya masih berada di Rumah
Sakit IA Moies, yakni Alvaro Aurelius (4) dan Anita Kristobel .
Direktur
RSUD AW Syahranie, dr Rachim Dinata menjelaskan, kondisi Trinity mengalami luka
bakar yang cukup serius, yakni mengalami luka bakar sekitar 50 persen, dan
kondisinya masih kritis. Sedangkan, korban meninggal mengalami luka bakar
sekitar 75 persen, dan untuk dua korban lainnya, mengalami luka bakar sekitar
16 persen.
"Korban
meninggal dan korban lainnya mengalami luka bakar yang cukup parah, selain itu
paru-paru mereka juga mengalami gangguan karena menghirup asap maupun zat saat
terjadi ledakan," kata dia.
Pihaknya pun
telah membentuk tim untuk penanganan korban-korban, di antaranya terdapat
spesialis bedah plastik, dokter umum, anastesi, ahli anak dan perawatan
intensif. Sementara itu, semua biaya perawatan ditanggung oleh pemerintah. Hal
itu diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy,
dalam kunjungan ke RSUD AW Syahranie. "Semua biaya ditanggung pemerintah,
dan rumah sakit akan tangani ini full tim," tutur Muhadjir Effendy.
Mawarni
menyaksikan para bocah yang sedang bermain di teras Gereja Oikumene tiba-tiba ambruk terkena ledakan bom
molotov.
"Anak-anak
sedang bermain di luar gereja. Orangtua mereka sedang berdoa di dalam gereja.
Tiba-tiba terdengar suara ledakan nyaring hingga tiga kali. Kami semua langsung
panik, mencari perlindungan, dan mencari anak kami masing-masing," kata Mawarni
yang juga keluarga Intan. Mawarni menyebutkan, saat suara ledakan itu terdengar
pertama kalinya bola api dan asap mengepul terlihat di pintu masuk gereja yang
berlokasi di Jalan Cipto Mangunkusumo, Samarinda Seberang.
"Kami
sudah selesai ibadah dan mau salaman dengan pendeta, sekalinya ada ledakan.
Saya dengar jelas, untuk ledakan pertama api mengepul, dan kedua kalinya bola
api dan asap hitam langsung mengepul hingga masuk ke gereja," ucap
Mawarni.
Saat itu
juga, jemaat berhamburan menyelamatkan diri. "Saya panik dan syok. Saya
pun langsung mencari anak-anak saya, biarpun apa mereka semua anak-anak
kami," ia sedih. Wanita paru baya yang tinggal di Loa Janan Ilir itu
menceritakan detik-detik terakhir sebelum ledakan bom.
"Kami
gereja itu jam 08.00 Wita. Sekitar jam 10.00 Wita Ledakan bom terjadi.
Sebelumnya aman tidak ada yang aneh, aman-aman saja, kami pun sembahyang dengan
biasa," kata dia. Dia menyebutkan, ada seorang datang membawa ransel.
Orang tak dikenal itu lari. Kemudian ransel yang dilemparkannya meledak dan
mengenai empat unit motor yang terparkir di depan gereja.
"Saya
tidak melihat pelakunya, hanya mendengar dari anak-anak bahwa ada pria membawa
tas ransel, setelah membakar tasnya dan kemudian lari," ulang Marni. Sebanyak
empat anak menjadi korban. Mereka adalah Intan Olivia Banjarnahor (2,5), Anita
Kristobel Sihotang (2), Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4), dan Triniti
Hutahaya (3).
Laporan
Wartawan Tribun Kaltim, Christoper D
Sumber www.tribunnews.com
Post a Comment